BAGIAN-BAGIAN DARI KAMERA DIGITAL
Memiliki
pengetahuan dasar tentang bagian dalam dari kamera merupakan cara terbaik
untuk mengerti cara menggunakan fitur yang terdapat dalam kamera. Pada dasarnya,
kamera digital dengan kamera konvensional memiliki banyak persamaan.
Gambar di
bawah ini memperlihatkan bagian-bagian kamera dari sebuah kamera digital
Single-Lens Reflex.
Components of a digital SLR camera ©
sync.sympatico.ca
Keterangan
gambar komponen kamera:
1. Lubang Bidik Kamera, atau bukaan, di dalam lensa untuk mengatur ukuran sehingga mengatur lebih banyak atau lebih sedikit cahaya yang dapat dengan masuk ke kamera. 2. Elemen Lensa, terdiri dari satu atau lebih komponen optik yang terbuat dari kaca, plastik atau keramik. Bagian ini digunakan untuk menangkap cahaya dan mengumpulkannya ke titik fokus di dalam kamera. 3. Sistem Pandangan (viewing system), untuk melihat apa yang dilihat oleh kamera sehingga gambar yang sedang dibidik dapat disusun dan diatur ulang menggunakan fungsi-fungsi lainnya untuk mendapatkan hasil sesuai kebutuhan. 4. Pemetik Potret (shutter), digunakan untuk mengendalikan seberapa lama cahaya akan masuk melalui lensa untuk memasukkan cahaya ke sensor atau film. 5. Sensor (dimiliki oleh karema digital), akan menangkap obyek terang melalui lubang bidik kamera dari durasi waktu yang diijinkan oleh pemetik potret. Pada kamera konvensional, fungsi sensor digantikan oleh komponen yang sensitif terhadap cahaya (film). 6. Kaca Pemutar, membentuk sudut dan diposisikan di antara bagian belakang lensa dan sensor (film, pada kamera konvensional). Bagian ini digunakan untuk memantulkan sinar cahaya yang masuk melalui lensa menuju layar fokus dari view finder. 7. Alur Cahaya, tempat cahaya dapat memasuki kamera menuju kaca pemutar. 8. Media Penyimpanan, untuk menyimpan gambar hasil bidikan kamera. Gambar ini akan tetap tersimpan di dalam media penyimpanan sampai dibuang dari kamera. Pada kamera konvensional, media ini adalah film |
Anatomi kamera
Pada
prinsipnya kamera dibagi menjadi tiga bagian :
- Lens
- Camera body
- Magazine / tape compartments
Lensa Pada prinsipnya lensa adalah
seperti mata kita atau mata kamera, untuk itu kebersihan dan kejernihannya
harus di jaga, karena lewat lensalah gambar / cahaya akan di transmisikan ke
film atau pita atau digital. Dalam sinematografi kita mengenal ada tiga jenis
lensa yaitu :
- Lensa Wide : adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas
- Lensa Normal : adalah lensa yang secara prespektif dianggap mewakili mata manusia dalam melihat dunia dan sekitarnya. Pada pembuatan film, lensa normal ini adalah lensa 50mm.
- Lensa Tele : adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.
Ada lensa
yang bisa mengambil sudut pengambilan dari luas ke sempit, lensa seperti ini
adalah merupakan lensa dengan variable focal length atau pada umumnya
disebut : Zoom lens. Kelemahan dari lensa-lensa variable focal
length adalah karena banyaknya elemen lensa di dalamnya maka ada pencurian
cahaya yang disebabkan oleh pembiasan cahaya pada setiap elemen lensa tersebut.
Pada setiap
lensa yang professional maupun yang semi professional ada 3 buah ring yaitu
yang pertama adalah Focusing ring yang berfungsi untuk mengatur
focus dalam sebuah shot. Kemudian ada Focal length ring ( pada
lensa zoom atau variable focal length ) focal length
adalah panjang pendeknya sebuah lensa atau secara tekhnis dikenal sebagai jarak
dari titik api lensa ke bidang datar atau film plane. Yang terakhir adalah F.stop
atau Diafragma ring yang berfungsi untuk mengatur exposure sebuah
shot.
Setiap lensa
mempunyai cacat atau kelemahan masing-masing karena sifat alamiahnya dan saat
produksi, seperti distorsi , aberasi dan lain-lain. Kelemahan atau cacat lensa
ini tidak selalu dianggap buruk karena bisa kita gunakan untuk menguatkan efek
dramatik yang ada di dalam scenario. Seperti juga setiap lensa mempunyai daerah
ketajamannya masing-masing, daerah ketajaman ini disebut dengan Depth of
Field disingkat dengan DoF. Jadi depth of field adalah daerah
ketajaman di mana subyek/obyek terlihat jelas atau tidak blur di kamera.
Depth of
Field sendiri
di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
- Jarak dari kamera ke objek atau subjek
Jarak dari
kamera ke objek atau subjek akan mempengaruhi panjang atau pendeknya daerah
ketajaman karena semakin dekat objek atau subjek dengan kamera maka akan
semakin pendek Depth of field nya karena setiap lensa hanya memiliki
satu fokus poin saja.
- Besar kecilnya bukaan diafragma
Besar
kecilnya diafragma juga mempengaruhi panjang pendeknya depth of field karena
semakin kecil diameter bukaan diafragma akan semakin panjang depth of field
nya berarti semakin besar angka seperti 11 – 16 – 22 dsb akan semakin panjang depth
of fieldnya, sedangkan semakin lebar bukaan diameter diafragma akan semakin
pendek depth of fieldnya, berarti semakin kecil angka seperti 4 – 2,8 –
1,4 dan sebagainya akan semakin pendek depth of fieldnya. Diafragama
adalah diameter lingkaran aperture yang juga berfungsi untuk mengatur gelap
atau terangnya sebuah gambar.
- Panjang pendek nya /Focal length sebuah lensa.
Semakin
panjang sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi semakin pendek,
sedangkan semakin pendek sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi
panjang atau luas.
Exposure dan
Scene Brightness
Exposure
bisa didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan dalam perekaman gambar.Fungsi
dasar sebuah lensa adalah meneruskan cahaya sehingga bisa digunakan untuk
mencetak gambar. Sama seperti fenomena lubang jarum atau pinhole phenomenon
artinya jika kita melepas lensa dan menggantikannya dengan kertas hitam dengan
lubang di tengahnya maka akan bisa juga untuk menangkap imajinasi hanya saja
waktu eksposur yang di perlukan akan lebih lama.
Camera Body
Pada bagian
inilah gambar direkam atau di tangkap baik secara organik dengan seluloid 35mm
seperti pada kamera Film maupun perubahan dari cahaya ke gelombang electromagnetic
pada Video atau Digital. Pada kamera film bagian ini yang
paling penting dijaga dari kontaminasi debu, cairan maupun radiasi karena akan
mempengaruhi hasil shooting. Pada kamera video atau digital pada bagian
ini akan banyak sekali tombol pengaturan imajinasi.
Magazine
Pada kamera
Film, magazine adalah tempat kita memasang film baik sebelum maupun setelah di
ekspose. Pada kamera Video atau Digital bagian ini adalah tape atau card
compartments yaitu bagian dimana kita memasang kartu seperti SD atau CF
atau kaset video.
Gunakan
sinematografi sebagai seni. Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa untuk
mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan, diperlukan ketrampilan yang cukup.
Seorang sinematografer harus berusaha agar kamera tidak menjadi benda asing
baginya, kita harus mengenal setiap detail pada kamera tanpa harus berpikir
sehingga konsentrasinya dapat dipergunakan untuk bidang kreatif pada
sinematografi.
Sudut kamera
Camera angle atau sudut penempatan kamera juga
memegang peranan yang sangat penting pada sinematografi. Bagaimanapun juga
sebuah film dibentuk oleh beberapa banyak shot yang membutuhkan penempatan
kamera di tempat yang terbaik bagi penonton untuk mengikuti cerita dalam film.
Penempatan angle yang baik tentu saja bisa memperkuat dramatik sebuah film
karena angle kamera ini adalah mata penonton melihat informasi visual dan juga
bisa berarti seberapa besar area yang kita gunakan dalam sebuah shot.
Penempatan sudut kamera akan memposisikan penonton lebih dekat dengan action
yang ada dalam film , misalnya dengan teknik close up dan lain
sebagainya.
Penempatan
sudut kamera ini sangat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya analisah pada
skenario, penggunaan jenis lensa dan sebagainya. Memang lewat pengalaman
panjang dan ketrampilan penempatan kamera bisa di lakukan secara intuisif
sifatnya. Akan tetapi jika kita mempelajarinya tentu akan mempermudah kita
dalam membuat sebuah shot.
Penempatan
sudut kamera juga berpengaruh pada kondisi psikologis penonton, contohnya
adalah jika kita menggunakan High Angle – kamera lebih tinggi dari garis
axis kamera , maka penonton akan diposisikan lebih tinggi dari subjek, hal ini
yang membuat penonton merasa subyek lebih kecil baik secara fisik atau lebih
rendah derajatnya dalam tatanan sosial. Pada film hal ini sering digunakan
untuk memperlihatkan pengemis, rakyat jelata dsb. Sedangkan penggunaan Low
Angle – Kamera lebih rendah dari garis aksis kamera, maka penonton
diposisikan lebih rendah dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa
subjek lebih tinggi secara fisik atau lebih tinggi derajat nya dalam tatanan
sosial. Hal seperti ini banyak kita temukan di film untuk memperlihatkan raja ,
hakim dsb. Kemudian ada juga yang disebut dengan Eye level – kamera sama
tingginya dengan level subjek atau jika subjek berdiri / duduk kamera berada
pada aksis yang sama dengan posisi subjek. Bisa dikatakan sebagai pandangan
subjek ke subjek lain dalam sebuah potongan tapi bukan Point of View.
Pada
dasarnya kamera angle dibagi dalam tiga jenis yaitu :
- Obyektif camera angle
Angle
obyektif maksudnya adalah kamera menjadi point of view cerita, artinya
penonton melihat semua elemen visual yang sutradara berikan dalam filmnya.
Contoh yang paling gampang adalah dalam film dokumenter dimana orang-orang
tidak melihat ke arah lensa kamera atau dalam candid shot / kamera
tersembunyi.
- Subyektif camera angle
Angle
subyektif maksudnya adalah seperti personal view point artinya penonton
berpartisipasi dalam sebuah shot seperti pengalaman sendiri. Contohnya adalah
shot dari udara atau aerial shot yang memperlihatkan pemandangan kota. Atau birds
point of view.
Jika seorang
aktor melihat langsung ke arah lensa / penonton maka penonton disini juga
berpartisipasi dalam sebuah shot tersebut, maka bisa juga di sebut angle
subyektif.
- Point of view
Point of
view adalah
pandangan subyektif dari subyek dalam scene. Maksudnya jika kita melihat
seorang aktor melihat ke arah langit kemudian shot selanjutnya adalah
arak-arakan mega di langit maka shot ke dua tersebut adalah point of view
subyek tersebut.
Jenis rekaman
Shot sering didefinisikan sebagai sebuah
aktifitas perekaman dimulai dari menekan tombol rekam pada kamera hingga
diakhiri dengan stop. Sedangkan Scene adalah sering diartikan sebagai
tempat atau setting dimana sebuah cerita akan di mainkan, hal ini tentu saja
terpengaruh dari dunia teater atau panggung. Sebuah Scene bisa terdiri dari
beberapa shot atau bisa saja satu shot panjang yang disebut sebagai Sequence
shot. Sequence adalah rangkaian dari beberapa scene dan shot dalam satu
kesatuan yang utuh.
Tipe-tipe dari
shot di bagi dalam beberapa bagian, hal ini akan sangat membantu pada
komunikasi visual , ketika kita bercerita kepada penonton atau menyampaikan
informasi kepada penonton maka kita memerlukan beberapa penekanan atas
informasi penting tersebut, maka dari itu kita memerlukan detail penyampaian
informasi tersebut untuk itulah kita memerlukan beberapa tipe shot, misalnya
kita membuat close up dari sebuah benda agar penonton bisa lebih melihat
detail atau menerima dengan jelas atas informasi yang kita berikan.
Type of
shot :
- Long shot
- Medium close up
- Medium shot
- Knee shot
- Full shot
- Close shot
- Extreme close up
- Close up
Komposisi
Komposisi
adalah bagian yang paling terpenting pada komunikasi visual karena komposisi
adalah usaha untuk menata semua elemen visual dalam frame. Menata elemen visual
disini bisa diartikan kita mengarahkan perhatian penonton pada informasi yang kita
berikan kepada mereka. Atau dalam arti lain kita mengarahkan penonton pada
Point of Interest ( POI ) dalam gambar yang kita buat. Dengan mengarahkan
penonton pada PoI maka penonton akan bisa mengikuti cerita dalam film kita
dengan emosi sepenuhnya. Jika kita terlalu banyak meletakan Poi dalam sebuah
gambar maka mata atau perhatian penonton akan terbagi-bagi , akhirnya perhatian
mereka pada cerita juga akan terganggu.
Dalam film
atau dalam komunikasi visual kita harus memanfaatkan waktu seefisien mungkin
agar penonton bisa mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam memahami
film kita. Komposisi memang mempunyai aturan-aturan yang sangat ketat, akan
tetapi kita bisa saja melawan aturan tersebut asalkan tetap bisa mengarahkan
perhatian penonton pada Poi. Banyak sekali factor yang mempengaruhi komposisi
diantaranya ; warna , garis , texture , bentuk , ukuran dan sebagainya.
Yang menjadi sedikit mempunyai tantangan adalah dalam film kita mengkomposisi
gerak. Karena bisa saja subyek atau kamera bergerak terus menerus sehingga kita
harus terus mengatur elemen-lemen visual tersebut dalam frame kita, sehingga
penonton tetap setia pada Poi.
Pencahayaan
Cahaya
adalah salah satu elemen terpenting dalam sinematografi. Bahkan tak salah
kiranya jika ada ungkapan Film are Light ! atau film adalah cahaya
, karena memang untuk meng-exposed sebuah gambar kita memerlukan cahaya dan
bahkan untuk melihat sebuah benda di alam ini kita memerlukan pantulan cahaya.
Seni menata
cahaya dalam film menjadi bagian yang terpenting karena bisa mempengaruhi juga
perhatian penonton terhadap cerita. Tata cahaya film sangat dipengaruhi oleh
pengalaman kita melihat kondisi cahaya dalam dunia nyata, bagaimanapun juga
cahaya dalam film meniru cahaya alam.
Secara Teori
cahaya dalam film adalah 45 derajat tinggi dan jarak nya dari kamera, hal ini
dikarenakan masalah estetis saja , artinya dalam sudut 45 derajat sudut cahaya
yang mengenai wajah akan terlihat seperti yang kita lihat di alam nyata.
Dalam
sinematografi kita hanya mengenal dua warna cahaya atau yang sering di sebut
sebagai Daylight atau cahaya matahari dan Tungsten atau cahaya
lampu ruangan. Dua jenis warna cahaya tersebut diukur dengan satuan Kelvin.
Karena hanya
ada dua jenis warna cahaya dalam film maka kita bisa membaginya sebagai
menggunakan warna Daylight untuk scene siang dan warna tungsten untuk scene
malam. Tentu saja untuk tujuan kreatif hal ini juga bisa tidak dihiraukan, akan
tetapi secara prinsip dua suhu warna tersebut yang harus kita gunakan dalam
bercerita.
Film juga
sangat sensitive dalam menangkap beberapa spectrum cahaya yang tak terlihat
oleh mata kita seperti Ultra violet dan Infra red. Maka kita juga
harus memperhatikan dua elemen spectrum tersebut dalam membuat film.
Hal yang
perlu diperhatikan dalam menata lighting adalah bayangan atau shadow
karena bayangan tersebut bisa mengganggu atau membantu gambar kita. Mengganggu
dalam arti jika kita salah menempatkan cahaya maka di wajah aktor / aktris akan
terlihat bayangan hidung , dahi dan sebagainya hal ini tentu saja bisa
mengganggu penonton atau bahkan mengurangi kecantikan / estetika gambar
kita.Pada film horror , sering bayangan digunakan sebagai elemen bercerita yang
sangat efektif. Penonton bisa merasakan kehadiran makhluk halus dengan melihat
sebuah bayangan melintas di depan frame dan sebagainya.
Pergerakan kamera
Pergerakan
kamera atau lebih dikenal sebagai camera movement adalah sebuah usaha
menggerakan kamera atau subyek untuk lebih mengenalkan ruang atau memberi kesan
tiga dimensi sebuah ruangan, dimana penonton seakan bergerak masuk / keluar
atau bergerak ke kanan / ke kiri mengikuti atau meninggalkan subyek.
Pada
dasarnya Camera Movement terbagi dalam beberapa bagian besar yaitu :
- Subyek bergerak ke arah kamera / meninggalkan kamera
- Kamera bergerak ke arah subyek / meninggalkan subyek
- Kamera dan Subyek bergerak / mengikuti subyek
- Zooming atau pergerakan optis. Disebut pergerakan optis karena optik yg bergerak di dalam lensa.
Sebelum
menggerakan kamera / subyek sebenarnya ada hal yang paling mendasar bagi
cinematographer maupun filmmakernya yaitu :
- Kapan kamera / subyek harus bergerak
- Mengapa kamera / subyek harus bergerak
Hal ini
berkaitan erat dengan pengadeganan atau mise en scene, dimana penonton akan
mengikuti atau tidak bisa mengikuti cerita dalam film tersebut. Artinya karena
gerak kamera terlalu cepat atau asal bergerak maka cerita yang ingin
disampaikan atau informasi yang harus diketahui oleh penonton akan terlewatkan
atau penonton tidak memahami / mendapatkan informasi tersebut.
Anatomi kamera
Pada
prinsipnya kamera dibagi menjadi tiga bagian :
- Lens
- Camera body
- Magazine / tape compartments
Lensa Pada prinsipnya lensa adalah
seperti mata kita atau mata kamera, untuk itu kebersihan dan kejernihannya
harus di jaga, karena lewat lensalah gambar / cahaya akan di transmisikan ke
film atau pita atau digital. Dalam sinematografi kita mengenal ada tiga jenis
lensa yaitu :
- Lensa Wide : adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas
- Lensa Normal : adalah lensa yang secara prespektif dianggap mewakili mata manusia dalam melihat dunia dan sekitarnya. Pada pembuatan film, lensa normal ini adalah lensa 50mm.
- Lensa Tele : adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.
Ada lensa
yang bisa mengambil sudut pengambilan dari luas ke sempit, lensa seperti ini
adalah merupakan lensa dengan variable focal length atau pada umumnya
disebut : Zoom lens. Kelemahan dari lensa-lensa variable focal
length adalah karena banyaknya elemen lensa di dalamnya maka ada pencurian
cahaya yang disebabkan oleh pembiasan cahaya pada setiap elemen lensa tersebut.
Pada setiap
lensa yang professional maupun yang semi professional ada 3 buah ring yaitu
yang pertama adalah Focusing ring yang berfungsi untuk mengatur
focus dalam sebuah shot. Kemudian ada Focal length ring ( pada
lensa zoom atau variable focal length ) focal length
adalah panjang pendeknya sebuah lensa atau secara tekhnis dikenal sebagai jarak
dari titik api lensa ke bidang datar atau film plane. Yang terakhir adalah F.stop
atau Diafragma ring yang berfungsi untuk mengatur exposure sebuah
shot.
Setiap lensa
mempunyai cacat atau kelemahan masing-masing karena sifat alamiahnya dan saat
produksi, seperti distorsi , aberasi dan lain-lain. Kelemahan atau cacat lensa
ini tidak selalu dianggap buruk karena bisa kita gunakan untuk menguatkan efek
dramatik yang ada di dalam scenario. Seperti juga setiap lensa mempunyai daerah
ketajamannya masing-masing, daerah ketajaman ini disebut dengan Depth of
Field disingkat dengan DoF. Jadi depth of field adalah daerah
ketajaman di mana subyek/obyek terlihat jelas atau tidak blur di kamera.
Depth of
Field sendiri
di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
- Jarak dari kamera ke objek atau subjek
Jarak dari
kamera ke objek atau subjek akan mempengaruhi panjang atau pendeknya daerah
ketajaman karena semakin dekat objek atau subjek dengan kamera maka akan
semakin pendek Depth of field nya karena setiap lensa hanya memiliki
satu fokus poin saja.
- Besar kecilnya bukaan diafragma
Besar
kecilnya diafragma juga mempengaruhi panjang pendeknya depth of field karena
semakin kecil diameter bukaan diafragma akan semakin panjang depth of field
nya berarti semakin besar angka seperti 11 – 16 – 22 dsb akan semakin panjang depth
of fieldnya, sedangkan semakin lebar bukaan diameter diafragma akan semakin
pendek depth of fieldnya, berarti semakin kecil angka seperti 4 – 2,8 –
1,4 dan sebagainya akan semakin pendek depth of fieldnya. Diafragama
adalah diameter lingkaran aperture yang juga berfungsi untuk mengatur gelap
atau terangnya sebuah gambar.
- Panjang pendek nya /Focal length sebuah lensa.
Semakin
panjang sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi semakin pendek,
sedangkan semakin pendek sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi
panjang atau luas.
Exposure dan
Scene Brightness
Exposure
bisa didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan dalam perekaman gambar.Fungsi
dasar sebuah lensa adalah meneruskan cahaya sehingga bisa digunakan untuk
mencetak gambar. Sama seperti fenomena lubang jarum atau pinhole phenomenon
artinya jika kita melepas lensa dan menggantikannya dengan kertas hitam dengan
lubang di tengahnya maka akan bisa juga untuk menangkap imajinasi hanya saja
waktu eksposur yang di perlukan akan lebih lama.
Camera Body
Pada bagian
inilah gambar direkam atau di tangkap baik secara organik dengan seluloid 35mm
seperti pada kamera Film maupun perubahan dari cahaya ke gelombang
electromagnetic pada Video atau Digital. Pada kamera film bagian ini yang
paling penting dijaga dari kontaminasi debu, cairan maupun radiasi karena akan
mempengaruhi hasil shooting. Pada kamera video atau digital pada bagian
ini akan banyak sekali tombol pengaturan imajinasi.
Magazine
Pada kamera
Film, magazine adalah tempat kita memasang film baik sebelum maupun setelah di
ekspose. Pada kamera Video atau Digital bagian ini adalah tape atau card
compartments yaitu bagian dimana kita memasang kartu seperti SD atau CF
atau kaset video.
Gunakan
sinematografi sebagai seni. Yang harus selalu kita ingat adalah bahwa untuk
mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan, diperlukan ketrampilan yang cukup.
Seorang sinematografer harus berusaha agar kamera tidak menjadi benda asing
baginya, kita harus mengenal setiap detail pada kamera tanpa harus berpikir
sehingga konsentrasinya dapat dipergunakan untuk bidang kreatif pada
sinematografi.
Camera angle atau sudut penempatan kamera juga
memegang peranan yang sangat penting pada sinematografi. Bagaimanapun juga
sebuah film dibentuk oleh beberapa banyak shot yang membutuhkan penempatan
kamera di tempat yang terbaik bagi penonton untuk mengikuti cerita dalam film.
Penempatan angle yang baik tentu saja bisa memperkuat dramatik sebuah film
karena angle kamera ini adalah mata penonton melihat informasi visual dan juga
bisa berarti seberapa besar area yang kita gunakan dalam sebuah shot.
Penempatan sudut kamera akan memposisikan penonton lebih dekat dengan action
yang ada dalam film , misalnya dengan teknik close up dan lain
sebagainya.
Penempatan
sudut kamera ini sangat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya analisah pada
skenario, penggunaan jenis lensa dan sebagainya. Memang lewat pengalaman
panjang dan ketrampilan penempatan kamera bisa di lakukan secara intuisif
sifatnya. Akan tetapi jika kita mempelajarinya tentu akan mempermudah kita
dalam membuat sebuah shot.
Penempatan
sudut kamera juga berpengaruh pada kondisi psikologis penonton, contohnya
adalah jika kita menggunakan High Angle – kamera lebih tinggi dari garis
axis kamera , maka penonton akan diposisikan lebih tinggi dari subjek, hal ini
yang membuat penonton merasa subyek lebih kecil baik secara fisik atau lebih
rendah derajatnya dalam tatanan sosial. Pada film hal ini sering digunakan
untuk memperlihatkan pengemis, rakyat jelata dsb. Sedangkan penggunaan Low
Angle – Kamera lebih rendah dari garis aksis kamera, maka penonton
diposisikan lebih rendah dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa
subjek lebih tinggi secara fisik atau lebih tinggi derajat nya dalam tatanan
sosial. Hal seperti ini banyak kita temukan di film untuk memperlihatkan raja ,
hakim dsb. Kemudian ada juga yang disebut dengan Eye level – kamera sama
tingginya dengan level subjek atau jika subjek berdiri / duduk kamera berada
pada aksis yang sama dengan posisi subjek. Bisa dikatakan sebagai pandangan
subjek ke subjek lain dalam sebuah potongan tapi bukan Point of View.
Pada dasarnya
kamera angle dibagi dalam tiga jenis yaitu :
- Obyektif camera angle
Angle
obyektif maksudnya adalah kamera menjadi point of view cerita, artinya
penonton melihat semua elemen visual yang sutradara berikan dalam filmnya.
Contoh yang paling gampang adalah dalam film dokumenter dimana orang-orang
tidak melihat ke arah lensa kamera atau dalam candid shot / kamera
tersembunyi.
- Subyektif camera angle
Angle
subyektif maksudnya adalah seperti personal view point artinya penonton
berpartisipasi dalam sebuah shot seperti pengalaman sendiri. Contohnya adalah
shot dari udara atau aerial shot yang memperlihatkan pemandangan kota. Atau birds
point of view.
Jika seorang
aktor melihat langsung ke arah lensa / penonton maka penonton disini juga
berpartisipasi dalam sebuah shot tersebut, maka bisa juga di sebut angle
subyektif.
- Point of view
Point of
view adalah
pandangan subyektif dari subyek dalam scene. Maksudnya jika kita melihat
seorang aktor melihat ke arah langit kemudian shot selanjutnya adalah
arak-arakan mega di langit maka shot ke dua tersebut adalah point of view
subyek tersebut.
Jenis rekaman
Shot sering didefinisikan sebagai sebuah
aktifitas perekaman dimulai dari menekan tombol rekam pada kamera hingga
diakhiri dengan stop. Sedangkan Scene adalah sering diartikan sebagai
tempat atau setting dimana sebuah cerita akan di mainkan, hal ini tentu saja
terpengaruh dari dunia teater atau panggung. Sebuah Scene bisa terdiri dari
beberapa shot atau bisa saja satu shot panjang yang disebut sebagai Sequence
shot. Sequence adalah rangkaian dari beberapa scene dan shot dalam satu
kesatuan yang utuh.
Tipe-tipe
dari shot di bagi dalam beberapa bagian, hal ini akan sangat membantu pada
komunikasi visual , ketika kita bercerita kepada penonton atau menyampaikan
informasi kepada penonton maka kita memerlukan beberapa penekanan atas
informasi penting tersebut, maka dari itu kita memerlukan detail penyampaian
informasi tersebut untuk itulah kita memerlukan beberapa tipe shot, misalnya
kita membuat close up dari sebuah benda agar penonton bisa lebih melihat
detail atau menerima dengan jelas atas informasi yang kita berikan.
Type of
shot :
- Long shot
- Medium close up
- Medium shot
- Knee shot
- Full shot
- Close shot
- Extreme close up
- Close up
Komposisi
Komposisi
adalah bagian yang paling terpenting pada komunikasi visual karena komposisi
adalah usaha untuk menata semua elemen visual dalam frame. Menata elemen visual
disini bisa diartikan kita mengarahkan perhatian penonton pada informasi yang
kita berikan kepada mereka. Atau dalam arti lain kita mengarahkan penonton pada
Point of Interest ( POI ) dalam gambar yang kita buat. Dengan mengarahkan
penonton pada PoI maka penonton akan bisa mengikuti cerita dalam film kita
dengan emosi sepenuhnya. Jika kita terlalu banyak meletakan Poi dalam sebuah
gambar maka mata atau perhatian penonton akan terbagi-bagi , akhirnya perhatian
mereka pada cerita juga akan terganggu.
Dalam film
atau dalam komunikasi visual kita harus memanfaatkan waktu seefisien mungkin
agar penonton bisa mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam memahami
film kita. Komposisi memang mempunyai aturan-aturan yang sangat ketat, akan
tetapi kita bisa saja melawan aturan tersebut asalkan tetap bisa mengarahkan
perhatian penonton pada Poi. Banyak sekali factor yang mempengaruhi komposisi
diantaranya ; warna , garis , texture , bentuk , ukuran dan sebagainya.
Yang menjadi sedikit mempunyai tantangan adalah dalam film kita mengkomposisi
gerak. Karena bisa saja subyek atau kamera bergerak terus menerus sehingga kita
harus terus mengatur elemen-lemen visual tersebut dalam frame kita, sehingga
penonton tetap setia pada Poi.
Pencahayaan
Cahaya
adalah salah satu elemen terpenting dalam sinematografi. Bahkan tak salah
kiranya jika ada ungkapan Film are Light ! atau film adalah cahaya
, karena memang untuk meng-exposed sebuah gambar kita memerlukan cahaya dan bahkan
untuk melihat sebuah benda di alam ini kita memerlukan pantulan cahaya.
Seni menata
cahaya dalam film menjadi bagian yang terpenting karena bisa mempengaruhi juga
perhatian penonton terhadap cerita. Tata cahaya film sangat dipengaruhi oleh
pengalaman kita melihat kondisi cahaya dalam dunia nyata, bagaimanapun juga
cahaya dalam film meniru cahaya alam.
Secara Teori
cahaya dalam film adalah 45 derajat tinggi dan jarak nya dari kamera, hal ini
dikarenakan masalah estetis saja , artinya dalam sudut 45 derajat sudut cahaya
yang mengenai wajah akan terlihat seperti yang kita lihat di alam nyata.
Dalam
sinematografi kita hanya mengenal dua warna cahaya atau yang sering di sebut
sebagai Daylight atau cahaya matahari dan Tungsten atau cahaya
lampu ruangan. Dua jenis warna cahaya tersebut diukur dengan satuan Kelvin.
Karena hanya
ada dua jenis warna cahaya dalam film maka kita bisa membaginya sebagai
menggunakan warna Daylight untuk scene siang dan warna tungsten untuk scene
malam. Tentu saja untuk tujuan kreatif hal ini juga bisa tidak dihiraukan, akan
tetapi secara prinsip dua suhu warna tersebut yang harus kita gunakan dalam
bercerita.
Film juga
sangat sensitive dalam menangkap beberapa spectrum cahaya yang tak terlihat
oleh mata kita seperti Ultra violet dan Infra red. Maka kita juga
harus memperhatikan dua elemen spectrum tersebut dalam membuat film.
Hal yang
perlu diperhatikan dalam menata lighting adalah bayangan atau shadow
karena bayangan tersebut bisa mengganggu atau membantu gambar kita. Mengganggu
dalam arti jika kita salah menempatkan cahaya maka di wajah aktor / aktris akan
terlihat bayangan hidung , dahi dan sebagainya hal ini tentu saja bisa
mengganggu penonton atau bahkan mengurangi kecantikan / estetika gambar kita.Pada
film horror , sering bayangan digunakan sebagai elemen bercerita yang sangat
efektif. Penonton bisa merasakan kehadiran makhluk halus dengan melihat sebuah
bayangan melintas di depan frame dan sebagainya.
Pergerakan kamera
Pergerakan
kamera atau lebih dikenal sebagai camera movement adalah sebuah usaha
menggerakan kamera atau subyek untuk lebih mengenalkan ruang atau memberi kesan
tiga dimensi sebuah ruangan, dimana penonton seakan bergerak masuk / keluar
atau bergerak ke kanan / ke kiri mengikuti atau meninggalkan subyek.
Pada
dasarnya Camera Movement terbagi dalam beberapa bagian besar yaitu :
- Subyek bergerak ke arah kamera / meninggalkan kamera
- Kamera bergerak ke arah subyek / meninggalkan subyek
- Kamera dan Subyek bergerak / mengikuti subyek
- Zooming atau pergerakan optis. Disebut pergerakan optis karena optik yg bergerak di dalam lensa.
Sebelum
menggerakan kamera / subyek sebenarnya ada hal yang paling mendasar bagi
cinematographer maupun filmmakernya yaitu :
- Kapan kamera / subyek harus bergerak
- Mengapa kamera / subyek harus bergerak
Hal ini
berkaitan erat dengan pengadeganan atau mise en scene, dimana penonton akan
mengikuti atau tidak bisa mengikuti cerita dalam film tersebut. Artinya karena
gerak kamera terlalu cepat atau asal bergerak maka cerita yang ingin
disampaikan atau informasi yang harus diketahui oleh penonton akan terlewatkan
atau penonton tidak memahami / mendapatkan informasi tersebut.